Seksualitas Paris Van East Java
Malang sebuah
kota yang dengan mobilitas masyarakat yang tinggi, syarat sebagai sebuah kota.
Daya tarik kota Malang sangat mengagumkan, memiliki pesona yang indah menghamparkan
nuansa alam pegunungan yang asri. Malang
yang dikelilingi oleh hamparan pegunungan mulai gunung Welirang, gunung Kawi-Panderman
hingga gunung Semeru, menjadikan ikon
malang sebagai kota dingin.
Alam
pegunungan yang elok, sejuk, tenang juga menjadikannya sebagai kota wisata yang
memiliki fasilitas wisata yang memadai. Tidak hanya itu, malang juga memiliki
tempat atau situs sejarah karena merupakan embrio kerajaan-kerajaan besar di
Jawa Timur seperti Tumapel, Kanjuruhan, Dhoho, dan Singosari.
Paris Van East Java sebutan yang pas disandang oleh kota Malang, geliat
perkembangan gaya hidup semakin meningkat seiring perkembangan dunia yang masih
up todate baik dari sisi fashion maupun gaya hidup yang lain.
Hal ini
tentunya membawa konsekuensi tersendiri, bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
dengan mentalitas yang selalu ingin mengikuti perkembangan dunia. Bukanlah
sesuatu yang murah untuk mendapatkannya. Sebagaimana yang kita ketahui,
menjamurnya hotel, tempat karaoke, kafe dan diskotik dengan level yang beragam
dari yang mewah sampai level mepet sawah,
membuat kehidupan malam kota Malang menjadi gemerlap, bling-bling.
Penelusuran
kehidupan malam yang sensual di kota
Malang, tidak ada habisnya. Kekaguman
terasa saat mengunjungi salah satu kawasan di jantung kota. Sajian malam
disuguhkan dalam kemasan erotis,
deretan perempuan cantik dengan busana yang aduhai,
membuat detak jantung memompa darah lebih cepat. Sangat terasa desir darah
dalam urat nadi mengalir bak sebuah
air terjun Niagara, serr. Semakin
lama aliran darah menekan kebawah, diantara jepitan
paha superioritas laki-laki dan mengisi setiap celah-celah dalam kantung syahwat.
Mereka berjejer
bagai daftar menu yang disiapkan untuk pelanggan malam, lokal atau impor,
terdidik atau kampungan, yang menor atau yang santun, semua tinggal pilih
sesuai selera kantung syahwat.
Lampu kota
penerang jalan pun seakan memberikan isyarat bahwa inilah waktunya sebuah
pagelaran kehidupan malam kota Malang, segera dimulai. Sebuah set atau latar yang memiliki chemestry dengan kehidupan seks sudah
terbangun dalam kesadaran masyarakat.
Tren
kehidupan malam tidak terlepas dari kesadaran masyarakat itu sendiri, filterisasi
budaya yang masuk sebelum bersenggama
dengan budaya asli tentu mengalami gesekan,
maka kesiapan mental menerimanya. Kita tidak bisa menolak, keras, penetrasi budaya itu, hanya mental yang
memiliki kemampuan memilih dan memilah yang dibutuhkan.
Manusia malam, bukanlah sebuah profesi seseorang
yang harus dilakoni. Segala argumentasi tertumpah dalam cawan pembelaan diri, ada
beralasan menjadi manusia malam
dengan faktor himpitan keras ekonomi, sakit hati tuh disini terhadap pengkhianatan laki-laki, namun hal itu sebagian
kecil saja. Kebanyakan mereka adalah seorang pelari dari sebuah laga kehidupan, dan seakan merasa sebuah arus
menekannya hingga batas prinsip hidup, jadilah ia manusia malam.
Tekanan,
prinsip, dan norma, hanyalah sebuah aturan yang ditulis dihati, dihiasi pigura
emas, yang tertempel dalam dinding moralitas. Malu, sinis dan gengsi sebatas celoteh
ekspresi, tidak lebih.
Sensasi,
merupakan hulu dari syahwat ini dilapisi kepuasan
nafsu. Malang oh malang, dari jaman Ken Arok sampai Ken Anang permasalahanmu
tak pernah lepas dari deretan gunung-gunung
yang menutupi sinar mentari yang cerah. Malang oh malang, manusia yang tak
sanggup melepas kenikmatan selimut nafsu.
Come here, bieb. Come to Kangmas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar