Inspirasi, [minum] Kopi ditemani [me] Rokok
kreativitas dari para leluhur dan para penduduk indonesia
luar biasa.
tembakau dicampur dengan klembak, tembakau dicampur
dengan cengkeh,
menjadi rokok
klembak, menjadi rokok cengkeh dan ini suatu kreativitas yang luar biasa.
(WS Rendra,
Selasa, 28 April 2009)
Tulisan
ini bukan tulisan ilmiah, karena saya bukan seorang ilmuwan ataupun peneliti. Ini
adalah sebuah essai, bukan sebuah paparan ilmiwah akan dampak positif dan
negatif dari keduanya, yang akan menggiring pembaca untuk memihak dan memilih. Subjek
yang sangat kental dengan kehidupan masyarakat, dalam menemani setiap lika-liku
perjalanan hidup mereka. Entah sebuah
fenomena, tradisi atau kebiasaan subjek-subjek tersebut melekat pada hampir sebagian
masyarakat kita. Jika ada pepatah ada gula ada semut, maka
Inspirasi, [minum] Kopi
ditemani [me] Rokok
kreativitas dari para leluhur dan para penduduk indonesia
luar biasa.
tembakau dicampur dengan klembak, tembakau dicampur
dengan cengkeh,
menjadi rokok
klembak, menjadi rokok cengkeh dan ini suatu kreativitas yang luar biasa.
(WS Rendra,
Selasa, 28 April 2009)
Tulisan
ini bukan tulisan ilmiah, karena saya bukan seorang ilmuwan ataupun peneliti. Ini
adalah sebuah essai, bukan sebuah paparan ilmiwah akan dampak positif dan
negatif dari keduanya, yang akan menggiring pembaca untuk memihak dan memilih. Subjek
yang sangat kental dengan kehidupan masyarakat, dalam menemani setiap lika-liku
perjalanan hidup mereka. Entah sebuah
fenomena, tradisi atau kebiasaan subjek-subjek tersebut melekat pada hampir sebagian
masyarakat kita. Jika ada pepatah ada gula ada semut, maka ada kopi ada rokok
munculah inspirasi. Sering kita jumpai dalam bisnis kopi, dari kelas atas
sampai pada pedagang keliling yang ada disetiap pingiran jalanan bahwa mereka
menjual kopi selalu ditemani oleh rokok.
Bahkan, Sang Legendaris Iwan Fals pun menjadi bintang iklan salah satu
dari tiga subjek tersebut, dengan semboyannya Bongkar Kebiasaan Lama!, tidak
hanya itu sebuah lirik lagu dalam judul Permpuan Malam, yang pernah
diciptakannya pun membawa unsur kopi dan sebatang rokok, segurat catatan
(inspirasi) tersimpan, bahkan WS. Rendra pun menuangkan dalam karya seninya.
Kenapa Kopi berteman dengan rokok ? Mungkinkah kopi tanpa
rokok ? atau rokok tanpa kopi ?
Sebuah
tesis yang belum tentu benar sebagian besar [semua] perokok suka minum kopi,
atau sebagian besar [semua] orang yang suka minum kopi adalah perokok.
Pernyataan itu, mungkin tidak terjadi hari ini, atau juga besok tapi
memungkinkan terjadi hari ini dan besok.
Kedekatan kopi dan rokok sangat erat, akrab dan tidak terpisahkan,
perpaduan mereka membuat suasana komunikasi menjadi encer, berkumpul bersama.
Saya,
Anda, dan Kalian, munkin tidak akan pernah tahu sejak kapan kopi dan rokok
bergandengan erat hingga kini, cinta dan
kasih sayang mereka begitu erat hingga kini. Padahal, sebagian besar kopi
berasa pahit dan sedikit manisnya, tetapi rokok masih saja setia menunggu dan
menemani kopi. Gambaran diatas, sebuah klise kehidupan yang kerap terjadi pada
manusia. Pahit getirnya kehidupan yang mereka jalani pasti ada sisi manisnya.
Persoalan keluarga, ekonomi dan persoalan sosial masyarakat lainnya sering menghampiri
hidup mereka dan harus dilalui, persoalan itu membutuhkan inspirasi (ide) untuk
mengatasi masalah tersebut dan menjadikannya sebuah pengalaman (memorial) manis
layaknya kopi dan rokok yang melekat di lidah untuk kita nikmati.
Dalam
sebuah pola budaya hasil kreasi masyarakat, terutama di wilayah Jawa Timuran,
kopi dan rokok terwadahi dengan sebuah mekanisme cangkrukan, lain halnya di
daerah yogyakarta hal ini lebih dikenal dengan angkringan. Semua wadah itu
untuk menfasilitasi mereka untuk saling ngobrol, melepas lelah, saling tukar
informasi, dari persoalan rumah tangga hingga politik. Semua dilakukan dengan
media kopi dan rokok, hingga muncul sebuah inspirasi atau ide.
Sejarah kopi
Kedekatan
kopi dengan rokok sudah terjadi pada masa lampau, Menurut
pendapat ahli sejarah berdasar manuskrip bahwa
tradisi minum kopi itu dimulai dari orang-orang muslim Afrika pada tahun 1400
M. Awalnya orang Yaman yang membawa kopi dari ethiopia dan menyebarkannya di
Arab. Namun, pendapat lain mengatakan
di Masyarakata Ethiopia bahkan sudah mengenal tradisi
minum kopi semenjak 800 SM. Jelas, kopi dibawa oleh orang-orang Yaman
menyebar ke seluruh penjuru dunia dari Ethiopia.
Sedangkan
di Indonesia dia awali dari penjahan Hindia belanda, pada
tahun 1696, Komandan
Pasukan Belanda Adrian Van Ommen yang membawa kopi berjenis arabika dari
Malabar – India dan memulai
mengembangkan kopi dengan menanamnya di Jakarta (Batavia waktu itu), tempat
penanamannya sekarang sering kita sebut dengan Pondok Kopi.
Pada
tahun 1711 melalui Perusahaan Hindia
Timur Belanda (Vereenigde
Oostindische Compagnie atau VOC), negara kita adalah eksportir kopi
pertama di luar Arab dan Ethiopia. Penyebaran budidaya kopi di Indonesia tentu
saja dengan budaya mengkonsumsi kopi itu juga. Hingga saat ini budaya minum kopi itu
masih melekat di kehidupan masyarakat.
Sejarah rokok
Rokok, awal mulanya
dikonsumsi oleh suku-suku di Amerika, Indian, Maya dan Aztec, berupa tembakau yang dibakar dan
dihisap melalui sebuah pipa. Kegiatan ini hanya dilakukan
pada saat kelompok suku tersebut berkumpul bersama utnuk mempererat hubungan
antar suku dan sebagai media komunikasi, selain itu mereka juga menggunakan
tembakau sebagai pengobatan. Suku
Indian menggunakannya sebagai media ritual mereka agar mampu
berkomunikasi dengan dewa-dewa dan meminta petunjuk dewa tersebut.
Pada abad ke-16, semenjak Christoper Columbus
beserta
armadanya menginjakkan kaki di Benua
Amerika, tertarik untuk membawa budaya menghisap tembaku ini ke tempat asal mereka, yaitu Benua Eropa. Jean Nicot, seorang diplomat Perancis, yang kemudian namanya digunakan
sebagai istilah Nikotin,
mempopulerkannya di belahan Eropa lainnya. Di Eropa, Budaya merokok mengalami
pergeseran nilai dari budaya induk semangnya, yang menggunakan budaya merokok untuk upacara ritual akan tetapi, para bangsawan Eropa menggunakannya
untuk kesenangan belaka, trend, life style.
Tembakau
menjadi proyek produksi skala besar di awali ketika John Rolfe tertarik untuk membudidayakan
tembakau dengan lebih serius dan menjadikannya komoditi ekspor
terbesar.
Setelah itu, pada abad ke-17, Para
pedagang dari Spanyol masuk ke Turki, yang merupakan negara Islam. Dan akhirnya
kemudian kebiasaan merokok masuk ke negara-negara Islam, dan belahan
benua lainnya, hingga kini. Saat ini rokok juga menjadi bagian
dari budaya berkomunikasi masyarakat, di warung-warung kopi, di acara kenduri selamatan, hajatan, di kampanye-kampanye
parpol, di ruang-ruang kantor, mereka ngobrol dan menyampaikan uneg-unegnya
sambil merokok. Bagi sebagian orang, merokok membuat mereka merdeka, lepas dari segala masalah, atau sebagai media untuk
mencari ide, rasa ketenangan batin dan mendatangkan inspirasi
dalam menunjang proses kreativitas.
Ternyata memang Kopi dan rokok sudah saling mengenal sejak
dulu.
Perkenalan kopi dan rokok sudah sejak zaman dulu, entah
ditahun berapa dan di zaman apa? Cerita Kopi dan rokok, sama halnya denga Romeo
dan Juliet, sebuah produk budaya yang mirip dengan kisah itu adalah kopi Lasem dan Kopi Cethe, mereka tercipta
oleh kelompok budaya masyarakat tertentu dalam menyajikan kopi dan rokok, media
kopi diidentikkan dalam rupa feminim dan rokok berperan dalam rupa maskulin.
Kopi bertugas untuk menyelimuti kesendirian rokok dan menghiasi tubuh sang
rokok. Disini, peran kopi bagi perokok, meski sebagai secondary item, akan tetapi
sangatlah penting, dan tidak dapat ditinggalkan atau disubstitusi dengan item
yang lain. Keindahan dan kenikmatan menjadi sebuah instrumen dalam pola ngelelet/nyethe.
Modernisasi
dari kopi dan rokok mengatakan [minum] kopi dan [me] rokok adalah sebuah
tradisi zaman kuno yang kemudian mengalami pergeseran nilai mengikuti gerak
laju perkembangan zaman. Rokok bukan lagi sebagai media ritual para dukun/tokoh
keagamaan sebuah suku yang menjadi rokok sebagai cara berkomunikasi antara dewa
atau roh nenek moyang, dan kopi Sekarang, kopi disajikan dengan cita rasa
tinggi dan dinikmati dengan berbagai metode teknologi, tak ayal lagi penikmat
kopi bukan dari masyarakat kelas bawah namun juga dinikmati oleh masyarakat kelas
atas, kopi dan rokok tak lagi pahit.
Selamat
[minum] Kopi dan [me] rokok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar